14 Oktober 2011

-Aku Menunggumu Dalam Diamku-

aku menyayanginya,,

entah sejak kapan dan bagaimana perasaan itu datang hingga akhirnya bergelayut manja di hati juga fikiranku.
aku tak pernah tau siapa laki-laki itu,
aku hanya pernah mendengar suaranya satu kali, namun belum pernah sekalipun kutatap keteduhan matanya,
dan yang paling aku tau, laki-laki itu selalu datang dan pergi sesuka hatinya,,
hmm,,
alasan apa yang membuatku menyayanginya? alasan apa yang membuatku begitu ingin melihatnya bahagia? lagi-lagi aku tak pernah tau, aku tak pernah memiliki alasan yang pas untuk menyayanginya, tapi apa menyayangi seseorang itu membutuhkan alasan?

aku ingat betul bagaimana dia pernah begitu manis denganku, aku selalu menyukai bagian itu, terasa begitu dekat walaupun tanpa saling menatap juga mendengar, dan itu sudah cukup bagiku.
tapi yah perasaan itu kadang begitu sulit diterjemahkan apalagi dipendam terlalu lama,,
akhirnya ia utarakan juga perasaannya kepadaku, dan aku menerimanya,,,
eiiitttsss,, jangan salah, kami tidak memiliki komitmen apapun, yah hubungan yang kami jalin masih sama seperti sebelumnya, hanya saja sedikit berbeda,,
taukah apa yang berbeda, setelah kalimat itu terlontar, ia langsung bergegas menjauh menghindariku tanpa ada sedikitpun peringatan darinya.

aku galau, aku merasa seperti tak dihiraukan, aku merasa tak diinginkan, aku merasa bodoh, aku merasa dan aku merasa,,  yah semua rasa berkecamuk di fikiran hingga mengendap cukup tebal di hatiku.
negatif,, positif,, negatif,, positif,, selalu saja itu yang memenuhiku acap kali melihat aktivitas di akun jejaring sosial miliknya.
perang antara negatif logikaku dengan positifnya hatiku menyempurnakan rasa galau itu yang berujung penganiayaan terhadap dinding-dinding kamarku yang tak berdosa, aku marah,,

aku marah, sedih, terluka, dan dengan segala cara aku berusaha menganggapnya tidak pernah ada, akupun ingin dia menganggapku demikian, tidak pernah ada.
aku sangat benci karena semua rasa itu hanya bertahan sampai 2 hari yang lalu, sebelum kuterima inbox di akun jejaring sosialku,,
kalimat "heii,, aku kembali,, maaf" darinya menghilangkan semua marah, sedih bahkan luka di detik itu juga, senyum yang terkembang di bibir ini.
bodohkah aku? aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, namun itu yang aku rasakan, aku menyayanginya,,

dia juga bilang

"Kamu tetap ada di kehidupanku.. hanya saja memiliki tempat tersendiri yang untuk sementara waktu kemarin disembunyikan.. Diam bukan berarti lupa.. mundur bukan berarti menjauh.. hanya sedikit membutuhkan waktu untuk menentukan rasa.. apakah ini pilihanNya untukku"

yah dia benar, seharusnya aku sabar, seharusnya aku tau bahwa hanya Allah yang memiliki hak untuk menentukan yang terbaik untukku, dan harusnya aku segera tersadar dan minta ampun karena rasaku kepada laki-laki itu terlalu berlebihan,,
tak semestinya kujejali pikiranku dengan segala hal yang masih semu, yang belum tentu menjadi hak ku

Seharusnya aku melakukan ini sejak awal, 


"Menyayangimu dalam diamku, berdo'a agar kau segera menghampiriku, menjadikan aku makmummu di hadapanNya, mitramu membangun sebuah istana di dunia dan akhirat kita,, atau bila Allah berkehendak lain, aku akan tetap dalam diamku, memperhatikanmu dari tempatku berdiri, dan pergi menjauh saat kulihat kau bahagia"

"Ya Rabb, sayangi ia selalu, luruskan selalu niatnya, berkahi setiap langkahnya yang berada di jalanMu,  sehatkan selalu jiwa dan raganya, serta jadikan ia umatMu yang mulia"


*buat kamu yang berada di tanah yang sama denganku, terimakasih selalu menamparku dengan segala kata dan sikapmu,, dengan noteku yang panjang tak berarah ini, aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku selama ini dan aku hanya ingin katakan bahwa "aku menyayangimu tanpa alasan apapun"


-Ryrie-


Tidak ada komentar: